Proses, nilai/materi
Sore hari itu hujan masih belum reda, udara segar sedikit terasa dingin. Sambil menikmati secangkir kopi, dan sebatang rokok kretek di serambi depan rumah. Pandangan mata ini tertuju pada tetesan air hujan dari genteng. Hujan yang membuat pertanyaan di dalam benak kepala saya. Dan sore itu saraf-saraf di kepala sedikit menjadi mengendur.
Yang selama ini saya ketahui hujan itu ya hujan. Atau saya tidak mau bersusah payah mengerti bahkan memahami sebelum hujan turun. Proses bagaimana menguapnya air oleh sinar matahari. Dan berhenti di ruang ketinggian untuk kemudian berubah wujud menjadi gumpalan awan. Mengikuti arah angin dan jatuh menuju bumi.
Terjadi proses dari kesadaran air dan rasa tanggung jawab matahari. Ketepatan angin untuk memutuskan kemana arah tujuan. Dan relanya air untuk kemudian kembali kebumi menjadi hujan.
Air, matahari, awan, dan angin, juga hujan adalah materi. Yang mempunyai kesadaran tinggi untuk rela menanggalkan kemateriannya di dalam proses selanjutnya. Sementara saya yang belum layak untuk disebut sebagai materi ( manusia ). Dengan membusungkan dada dan style yakin membuat keputusan demi keputusan. Untuk kemudian menjadi seragam pembenaran. Dan menjadi bingung sendiri ketika keputusan itu berbalik arah atau menjadi musuh. Ketidak tahuan akan diri menjadi belenggu. Sehingga begitu mudah untuk menolak. Hujan tahu akan dirinya bahwa ia merupakan bagian dari proses selanjutnya. Kesadaran akan diri, menjadi terbukanya belenggu dan adanya gerak atau sinergi. Terjadi dialog, tidak mandeg atau menjadi genangan. Sehingga efek negatif dari menggenangnya air, sinergi dari keakuan menjadi minim Kesadaranlah yang menuntun menjadi santunnya nilai. Dialektika dari satu nilai terhadap nilai lainnya. Yakni menjadi basahnya tanah, kembali suburnya tanaman bahkan banjir bandang sekalipun.
Sudah habis hampir separo rokok kretek di jepitan jari. Ketika tiba-tiba tangan mungil anak lelaki saya menggamit bahu. Pak sudah hampir maghrib. Suara anak itu, polosnya pandangan, segala geraknya semakin membuat lemas dan kendurnya saraf clessss.
Dan sebuah pertanyaan “Bilakah kesadaran air, rasa tanggung jawabnya matahari, ketepatan keputusan angin, dan relanya air untuk kemudian disebut hujan, menjadi benih di otak kepala anak ini?”***
DS. Nugroho, (k255)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar